Dipercaya selama bertahun-tahun memiliki efek yang buruk bagi tubuh sehingga dilarang beredar, penelitian pada ganja malah menguak fakta bahwa ternyata ganja adalah tanaman yang memiliki banyak manfaat baik dibandingkan dampak buruknya. Ganja yang dihisap seperti juga tembakau menjadikan ganja dipercaya memiliki efek buruk seperti halnya tembakau.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa menghisap terlalu banyak asaptembakau dapat membuat kinerja paru-paru menurun. Bukan hanya banyaknya partisipan perokok berat yang telah dilibatkan dalam penelitian ini tapi juga berbagai kasus yang terjadi sehari-hari yang memperkuat perspektif bahwa segala asap memiliki manfaat buruk. Tapi ternyata, tidak demikian halnya dengan penelitian yang dilakukan pada beberapa partisipan yang disodori ganja.
Dari beberapa penelitian yang dilakukan selama bertahun-tahun yang melibatkan sampai 5.000 partisipan dari perokok ganja aktif yang mempertanyakan apakah penggunaan ganja dapat menurunkan kinerja paru-paru menunjukkan hasil hampir nihil. Hasil dari penelitian-penelitian tersebut tidak berhasil membenarkan mitos tersebut.
Ganja adalah obat yang diilegalkan di beberapa negara termasuk Indonesia. Tapi, ganja masih diperbolehkan beredar untuk tujuan kesehatan.
Yang terbaru, penelitian yang dirilis pada awal tahun 2012 ini oleh Universitas California dan Universitas Alabama pada Jurnal Asosiasi Medis Amerika menunjukkan bahwa meskipun ganja mengandung komponen racun yang sama seperti tembakau, ganja tidak memiliki resiko yang kerusakan paru-paru yang sama.
Sebuah senyawa kimia dalam ganja yang bernama THC yang menciptakan perbedaan kandungan racun diantara keduanya. THC yang memberi efek ‘high’ pada penggunanya ternyata juga membantu melawan peradangan dan beberapa kandungan kimia berbahaya, menurut Dr. Donald Tashkin, peneliti ganja dan profesor pengobatan emeritus dari Universitas California. Dr. Tashkin tidak terlibat dalam penelitian terbaru tersebut.
Studi oleh Dr. Stefan Kertesz juga menyebutkan adanya aspek lain dari ganja yang bisa membantu menjelaskan hasil dari penelitian terbaru ini. Tidak seperti perokok tembakau, perokok ganja menghela nafas lebih dalam yang dipercaya malah menguatkan otot paru-paru.
Menurut beberapa penelitian lainnya, ditemukan pula bahwa perokok tembakau bisa mengkonsumsi sampai 10 batang per harinya, sedangkan perokok ganja hanya menghisap ganja setidakya dua kali saja dalam sebulan. Hal ini diperhitungkan sebagai salah satu faktor yang mendukung dampak yang tidak terlalu signifikan pada kerusakan paru-paru oleh penghisap ganja, yaitu polusi udara yang diakibatkan oleh asap bakar tanaman tersebut.
Bagaimanapun ahli tidak menyarankan untuk menghisap ganja terlalu sering karena seperti halnya penghisap tembakau, penghisap ganja pun dapat terserang iritasi tenggorakan dan batuk-batuk. Kebanyakan penelitian tidak berkonsentrasi pada efek batuk ini, tapi ada penelitian-penelitian lainnya yang mengaitkan manfaat ganja untuk melawan kanker.
Sumber: Huffington Post, Natural News